Senin, 25 Juli 2011

MENJADI REMAJA GAUL



Oleh: Suyitno, M.Pd
A.    Pendahuluan
Remaja merupakan elemen penting dan pilar peradaban bagi suatu bangsa. Remaja sebagai agen of change/agen perubah memiliki potensi  yang cukup kuat bagi pembangunan bangsa. Tanpa adanya remaja rasanya tak ada harapan kemajuan bangsa.
Tak terkecuali kita semua ini, kita tak bisa lepas dari dunia remaja. Mau tidak mau harus di lewati masa-masa ini. Tetapi bagaimana remaja saat ini dalam melewati masa-masa mudanya??
Perlu menengok kondisi  generasi muda saat ini, sangat memprihainkan. Ada beberapa karakteristik remaja yang mengaku dirinya gaul. Seperti apakah remaja gaul yang dimilikinya?
Kita lihat di antaranya: Dia berpenampilan sangat mewah, berhias melebihi batasnya, berpakaian ketat (wanita), berambut punk (pria), membawa HP yang mewah. Disisi lain, mereka melakukan seperti itu hanya meminta orang tua, bahkan kalau perlu untuk memenuhi kebutuhan hura-hura memaksa orang tua. Masya allah…
Sindrom boros dan bermewah-mewahan dalam dunia itu bukan tuntunan islam. Islam mengajarkan untuk hemat dan selalu rendah hati. Selalu membantu orang tua dan berusaha untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Jika mereka bilang ketika bermewah-mewahan mengaku anak GAUL. Apa ya anak gaul itu seperti itu?Nothing,,remaja islam jika ingin gaul jangan lakukan itu. Tapi kalian harus GAUL dalam arti positif. Gaul yang artinya Gunakan waktu, Atur gaya hidup, Urus masa depan dan Lakukan secara kontinu. Jika kita menerapkan esensi GAUL seperti ini kalian akan menjadi remaja yang sukses dunai dan akherat. Amiin..

B.     Remaja GAUL
1.      Gunakan waktu
Waktu adalah pedang. Begitu pepatah arab mengatakan. Jika kita tidak menggunakan waktu sebeik-baiknya maka waktu akan membinasakan kita seperti pedang. Sebagai orang islam kita harus pintar-pintar memanfaatkan waktu. Waktu bagi orang islam harus di gunakan untuk ibadah. Ibadah tidak hanya shalat atau zikir. Tetapi lebih dari itu. Sekolah, ke ladang, bahkan kita berada disini menuntut ilmu merupakan bentuk ibadah. Jika kita ingin menjadi remaja yang cerdas maka harus pintar-pintar dalam mengatur waktu. Waktu untuk diri kita sendiri, waktu untuk orang lain/ sesama dan waktu untuk  Tuhan kita. Untuk diri pribadi perlu di siapkan scedule perhari,perminggu, perbulan,pertahun bahkan kita perlu merancang scedule masa depan kita. Dengan membuat scedule kita sebenarnya telah merencanakan kesuksesan. Tetapi jika kita tidak mau membuat rencana berarti telah mempersiapkan kegagalan di masa depan.
2.      Atur gaya hidup
Life stile merupakan sindrom yang berbahaya bagi kaum remaja. Apa yang di lihat,itu yang mudah merasuk ke dalam otak dan akhirnya akan di lakukan. Fashion misalnya, cukup banyak fashion yang tidak bernurani. Artinya remaja selalu pingin tampil bergaya, ketika ditanya mengapa demikian mereka menjawab pingin seperti artis tertentu. Ini yang membuat dompet ortu selalu tipis. Tidak kuat membiayai kehidupan remaja saat ini. Dari muali pakaian, aksesoris HP, sepeda motor, sampai gila-gilaan.
Sebagai remaja kudu tegar, jangan sampai mudah terombang ambing oleh arus globalisasi. Dari sisi kemajuan teknologi it’s OK bahwa bangsa ini perlu menerima kemajuan teknologi. Tetapi diri kita perlu sebuah filter sebagai penyaring pesatnya teknologi. Dalam hal berpakaian jangan sampai meninggalkan adat ketimuran yang selalu ber etika dan bernorma. Jika kita tanpa filter aka menjadi bangsa yang terjajah moralnya.Itu lebih berbahaya dari pada dijajah dengan peperangan. Jika peperangan kita bisa melawan tetapi penjajahan modern akan membuat lumpuh bangsa dan akhirnya menjadi bangsa yang rusak moralnya.
Apakah kita akan kembali ke bangsa Quraisy?
 Sebelum Muhammad di angkat menjadi rasul oleh Allah, kaum quraisy berada dalam situasi jail (jahiliah). Kaum tersebut membunuh bayi yang berjenis perempuan, banyak terjadi transaksi manusia,minuman keras, penipuan dll. Kita perlu menganalisis apakah negara kita seperti itu atau tidak.
Dalam surat Asyuura ayat 30 :”Dan segala musibah yang menimpa kau adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”.
 Ini yang berbahaya. Sudah cukup banyak contoh bahwa sebuah kaum yang di hancurkan karena mereka sudah tidak peduli lagi pada tuntunan Islam.
3.      Urus masa depan, dan
Bermimpilah, karena dengan mimpi tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu itu. Itu secuil kata yang di lontarkan Arai dalam Sang pemimpi karangan Andrea Hirata. Masa remaja merupakan masa indah, tetapi keindaha tidak boleh melalaikan kita pada masa depan. Seorang menjadi dokter, Polisi, Guru, atau bahkan pencuri, pengamen dan penganggur sebenarnya tergantung kita. Ingatlah bahwa allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali tidak ada usaha sama sekali dari kaum tersebut. Remaja perlu menggali ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal masa depan.
Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan ia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun ia keheranan kenapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh?”
Belalang itupun menjawabnya, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup dialam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang selama ini membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Termasuk kita, kita perlu merencanakan masa depan. Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu sedang orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. Tingkah laku masa depan merupakan cerminan masa sekarang. Jadi, jika kita ingin menjadi orang hebat di masa depan makan berusahalah hebat dari sekarang.
4.      Lakukan secara kontinu
Jika 3 hal tersebut di lakukan secara kontinu.Insya allah kita akan menjadi remaja yang berguna bagi diri kita, orang lain, keluarga, bangsa dan insya allah agama. Kita tidak mungkin melakukan ke tiga hal tadi seperti membalikkan telapak tangan. Perlu keberanian untuk mewujudkan itu. Bahkan kadang kita terkurangi kebahagiaan masa remaja. Tetapi sang motivator mario teguh mengatakan Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang di idamkan. karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan”. Tetapi jika kita benar-benar yakin dan berusaha insya allah bisa. 

           Pernah di sampaikan pada acara pesantren PRISMA (Persatuan Islam Masjid) Desa jepitu Girisubo

Rabu, 20 Juli 2011

MENGAPA HARUS MENULIS?


Oleh: Suyitno, M.Pd


Kalau engkau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis ………           Al-Ghazali
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan karya

Selama ini, ketika kita mendengar lomba karya tulis ( Lomba Karya Tulis Ilmiah, Cerpen, Puisi, dll), pasti kita mengernyutkan dahi dahulu,  sinis, dan bahkan ada yang lari untuk menghindari poster itu. Jarang dari mereka yang mendekat dan mencoba untuk mengikuti lomba tersebut. Karena biasanya mereka tidak mungkin saya bisa menulis apalagi bisa menang.
Itu sekilas kebiasaan mahasiswa yang pesimis dengan dirinya sendiri dan tidak mau belajar untuk mencoba.Padahal, Kemajuan bangsa bisa diukur dari sejauh mana masyarakatnya memiliki tradisi menulis. Kebiasaan menulis mengantarkan manusia pada kearifan mengungkapkan gagasannya secara sistematis.  Hanya bangsa-bangsa yang memiliki tradisi menulislah yang selalu menjadi pelopor kemajuan. Bagaimana bangsa Indonesia bisa maju jika generasi mudanya tidak mau menulis???
Apa sich menulis itu?
Menulis adalah menuangkan gagasan ke dalam kertas, atau juga di dalam komputer. Tulisan yang baik dapat  memikat untuk dibaca orang lain. Orang lain akan mendapatkan hal baru dari tulisan anda.
Sebenarnya cukup banyak keuntungan-keuntungan dalam menulis, di antaranya??
1.  Berfikir lebih sistematis
Banyak orang berbicara sulit di pahami karena tidak terlatih berbicara,itu mencerminkan bahwa dia tidak sistematis dalam berbicara. Sama halnya dengan menulis,jika kita terbiasa dalam menulis maka pikiran kita akan terlatih sehingga kita akan berfikir sistematis dalam menyikapi suatu permasalahan.
2.    Memperoleh Kepuasan Batin dan Mengendalikan Emosi
Jika anda rekreasi di suatu tempat yang indah, anda mngeluarkan kertas dan pena kemudian melukiskan keindahan alam tersebut sesuai dengan gambaran kalian, itu akan melengkapi kepuasan batin anda.
Atau, Ini seperti menulis catatan harian, jika kalian ada masalah pada diri anda, misalnya bête dengan teman, di marahin orang tua kalian mencorat-coret kertas buku harian anda,setelah selesai menulis anda biasanya sudah tidak marah lagi dan merasa puas batin anda.
3.    Dapat gelar dan naik pangkat
Taukah kalian, bahwa seorang Sarjana, Magister, Doktor, atau bahkan professor sekalipun tidak akan mendapat gelar tanpa menulis. Mereka tidak akan di akui hanya dengan pinter berbicara tanpa menuangkan ke dalam tulisan. Begitu juga dengan kenaikan pangkat mereka, tidak akan naik jika tidak dengan tulisan berbentuk karya tulis.
4.  Ingin awet Muda
Seorang penulis dari maroko mngatakan bahwa “menulis lebih baik daripada operasi pengencangan kulit wajah”. Jika kita sering menulis, rasanya wajah selalu cerah, dan kecarahan itu akan membuat kita awet muda.
5.    Ingin Banyak Teman
Sekarang bnayak sekali komunitas mahasiswa menulis. Misalnya di Majalah mahasiswa, Koran, Blog, dan bahkan di Kelompok Ilmiah Mahasiswa. Jika di sekolah ada komunitas,siswa akan gemar menulis dan mereka akan bertukar pengalaman lewat bulletin dan madding.
6.    Mendapat Penghasilan
Banyak penulis yang hidup dari menulis dan bahkan kaya dengan menulis (Andrea Hirata). Royalti dari menulis dapat di gunakan untuk menghidupi dirinya,keluarga bahkan untuk naik haji.
Ketika ditanya apa bagian tersulit dari tahapan proses melakukan sesuatu, banyak orang akan menjawab ‘memulainya’. Pepatah all beginning is difficult, mungkin benar. Tapi masihkah kita akan berkubang pada kekhawatiran dan ketakutan?

“Mulailah menulis dari sekarang”

Selasa, 19 Juli 2011

“BE AN INSPIRING TEACHER”

Apakah anda sudah membaca LASKAR PELANGI, novel karangan Andrea Hirata?

Salah satu contoh the inspiring teachers akan Anda temukan di novel best seller ini. Mengapa? Karena menurut pengakuan sang penulisnya, novel ini ditulis untuk sang guru tercinta. Karena guru tersebut mampu mentransfer tidak saja ilmu-ilmu akademik tapi juga ilmu kehidupan. Karena guru tersebut mampu memuaskan tidak saja dahaga anak akan ilmu pengetahuan tapi juga cinta dan kasih sayang, membasahi syaraf-syaraf otak, rasa dan ruhaninya. Karena guru tersebut mendedikasikan dirinya tanpa pamrih, meletakkan pondasi bagi tumbuhnya mimpi-mimpi dan memberikan kekuatan untuk meraihnya. Karena guru tersebut telah menginspirasi hidupnya.
Mengapa guru yang menginspirasi murid sangat di perlukan? Jawabanya tentu saja sangat jelas. Siswa biasanya akan malas belajar ketika guru mata pelajaran sudah tidak di sukai. Ya, cara penyampainya sulitlah, terlalu seriuslah, keraslah, dan sebagainya. Ketika guru sudah tidak di sukai murid, guru menyampaikan apapun biasanya siswa sudah males duluan. Tetapi jika guru dapat menginspirasi siswa, siswa akan lebih serius pelajaranya, dan biasanya akan mudah memahami materi yang di sampaikan.
Lalu bagaimana dengan kita calon guru?
Kita tahu bahwa notabenenya di pendidikan UNY luaranya diharapkan mahasiswa akan menjadi pendidik. Yang tentunya pendidik yang profesional. Sudah mampukah diri kita menjadi inspirasi anak didik kita?
Sebenarnya, cukup banyak kriteria yang diinginkan dari peserta didik tentang tipe-tipe guru yang dapat mengispirasi. Namun secara umum, beberapa kriteria guru yang dapat menginspirasi adalah sebagai berikut:
1.   Iklas dengan benar-benar mengabdikan diri menjadi guru yang amanah, karena ingin beribadah di jalan Tuhan Sang Pencipta semata. Kemudian, jadikanlah kritik dari berbagai pihak akan kelemahan kita, sebagai dorongan untuk mencari cara-cara belajar dan mengajar baru yang lebih efektif kepada siswa.
2.   Ramah dengan siswa. Disini guru harus bisa bersahabat dengan siswa. Dapat bertukar pikiran dengan siswa, artinya janga sampai siswa takut dengan guru (misal bertanya, konsultasi dll)
3.   Ciptakanlah suasana kondusif yang menjadikan siswa itu tertantang dan menyadari pentingnya ilmu-ilmu pelajaran yang guru ajarkan. Sesuaikan kondisi, kapan saat guru harus bercanda (melucu dan mengajak tertawa siswa), dan kapan saat guru harus mengajak siswanya untuk serius di kelas. Jadi, guru tahu benar, cara mengefesiensikan waktu yang ada, dan tidak mengajak hal-hal yang merugikan kepada siswanya. Disini ketika siswa kelihatan bosan selingi dengan cerita-cerita yang mengispirasi dan menyenangkan.
4.   Menguasai ilmu global. Artinya tidak hanya mempunyai yang diajarkannya, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu penting yang menjadi nilai plus bagi guru, misalnya mempelajari bahasa asing, menguasai IpTek/TI (dunia komputer dan internet), dan kreativitas lainnya sesuai kemampuan yang ada pada guru tersebut. Dua kegiatan yang tak boleh terlupakan untuk dikembangkan oleh guru, yaitu menulis dan meneliti, sehingga memacu guru akan terus membaca dan melakukan refleksi pada setiap kegiatan pembelajaran
5.   Metode pembelajaran yang tepat. Mempersiapkan lebih awal, sehari sebelum mengajar di kelas metode apa yang akan di ajarkan. Mengupayakan agar pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai penuh oleh guru, kemuadian menyampaikannya dengan cara menyenangkan dan tidak menyulitkan (mudah dilaksanakan) oleh para siswa. Mungkin makin berharga suatu pelajaran, maka makin banyak kesulitan yang harus dilalui oleh seorang guru dan siswa untuk menguasainya. Kemungkinan ini tidak berarti pelajaran harus dibuat sulit agar ada nilainya. Namun, menjadi cara guru untuk mengajarkan kepada siswa agar mempelajari banyak hal dan menghadapi kesukaran-kesukaran yang baru. Usahakan setiap pergantian pertemuan ada metode yang baru yang fresh yang membuat lebih bersemangat (cooperative learning, Problem Based Leraning, dll). Sebagai pengalaman, kadang saya menerapkan metode pembelajaran cepat /quick learning seperti dalam bimbel yang ada di dalam rumah saya.
6.   Kreatif, Disini guru mampu membuat ide-ide yang cemerlang dalam pemecahan masalah. Terutama ini bagi guru yang membimbing ekstra kurikuler, misalnya dapat membuat tulisan-tulisan ilmiah, artikel, yang mengemasnya dalam sebuah buletin atau majalah.
7.   Tanggap dengan kondisi siswa. Berusaha menghormati pribadi siswa dan menjauhkan mereka dari berbagai keluhan, frustasi dan konflik. Berpikir kritis dan peduli untuk menyelesaikan masalah mereka, sehingga tidak mengganggu pikiran siswa ketika menerima pelajaran di kelas.
8.   Teladan yang baik. Segala isi petuah dan nasehat guru kepada siswa-siwanya, harus diaktualisasikan terlebih dahulu oleh guru itu sendiri dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Dengan kata lain, tingkah laku guru yang baik, pasti akan menjadi keteladanan atau contoh yang baik bagi para siswanya. Misal, jika guru menyuruh untuk rapi, guru juga harus lebih rapi. Jangan sampai malah memberi contoh yang tidak baik karena “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
9.   Tegas, jujur, adil, bijaksana dan memenuhi hak dan kewajiban yang selaras, mendahulukan kepentingan orang banyak (prioritas), halus dan sopan dalam bertutur kata, kemudian wajah diperamah dengan senyum ketika menatap wajah-wajah yang mengharap perhatian penuh (siswa) dari guru tercintanya. Tentu tidak ada seorang pun siswa yang akan menjauhi, menakuti, bahkan membenci gurunya tersebut.
Jika hal ini benar-benar sudah terwujud dan sudah menjadi suatu kebiasaan, Insya Allah di masa sekarang dan yang akan datang dapat mencetak bibit-bibit siswa unggul yang dapat tampil di masyarakat sebagai insan yang beriman dan bertakwa, terampil dan tentunya berakhlak mulia, berkat guru professional dan menginspirasi.
Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan ia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun ia keheranan kenapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dariusiaataupun bentuk tubuh?”
Belalang itupun menjawabnya, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup dialam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang selama ini membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas. (contoh cerita inspirasi)
Demikian, secuil tulisan dari saya, dan tulisan ini sebenarnya juga terinspirasi oleh guru saya STM dan juga pengalaman mengajar selama 4 tahun terakhir ini.
--------------------Jadikan dirimu guru untuk dirimu sendiri-------------------

Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD


Menurut Slavin (2010:1) dalam pengantar bukunya Cooperative Learning, pembelajaran kooperatif dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas : kelas khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, kelas dengan kecerdasan rata-rata dan sangat di perlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan.

a.      Cooperative Learning
Dewasa ini model pembelajaran Cooperative  Learning sudah banyak yang mengadopsi. Banyak yang sudah mengaplikasikan kedalam pembelajaran. Menurut Etin Solihatun dan Raharjo (2009: 4) Cooperative  Learning  adalah suatu sikap dalam bekerja sesama yang teratur dalam kelompok dan keberhasilan kerja dipengaruhi keterlibatan anggota kelompok. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2010: 54) Cooperative  Learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok yang diarahkan oleh guru. Di lain pihak  Jacobs (http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm.) mengatakan bahwa cooperative learning involves more than just asking students to work together in groups. Instead, conscious thought goes in to helping students make the experience as successful as possible.
Cooperative  Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan yang baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran mata diklat penggunaan dan pemeliharaan alat ukur. Dalam cooperative Learning, siswa bekerja bersama-sama untuk mempelajari dan menyelesaikan suatu masalah. Keberhasilan tim akan tercapai hanya jika setiap anggota tim berhasil memahami materi yang diajarkan. Tim tidak sekedar mengerjakan (do) tetapi mempelajari (learn).
Tiga konsep penting yang menjadi sentral metode cooperative learning menurut Slavin (1995: 5) adalah :
1)      Team rewards, yang berarti suatu tim akan memperoleh penghargaan jika tim tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan.
2)      Individual accountability, yang berarti kesuksesan tim tergantung pada belajar secara individu dari masing-masing anggota tim. Untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok memahami masalah yang dipelajari, dan mampu menyelesaikan kuis/ulangan secara mandiri, maka anggota tim harus saling membantu dalam menguasai masalah yang dipelajari.
3)      Equal opportunities for success, yang berarti setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk memberi kontribusi bagi kesuksesan tim dengan perkembangan masing-masing anggota dalam pencapaian hasil belajar.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahap ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Tahap terakhir dari pembelajaran kooperatif adalah presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Enam langkah tersebut menurut Agus Suprijono (2010: 65) disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
Perilaku  Guru
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2: Pesent informastion
Manyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal
Fase 3: Organize student into learning teams
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
Memberikan penjelasn kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Evaluasi
Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai materi pelajaran atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Banyak macam kegiatan belajar berkelompok, yang mengembangkan kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok. Tipe cooperative learning menurut Slavin antara lain adalah :
1)      Student Teams- Achievement Divisions (STAD)
Dalam strategi pembelajaran tipe STAD, siswa di kelompokan dalam tim-tim pembelajaran dengan anggota yang beragam dari kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Dalam menempatkan siswa dalam tim, jangan mengizinkan siswa memilih timnya mereka sendiri. Guru memperesentasikan pelajaran dan kemudian siswa bekerjasama tim untuk memastikan seluruh anggota tim telah menuntaskan pelajaran dengan baik. Akhirnya seluruh siswa memperoleh kuis individual tentang bahan ajar dan pada saat itu masing-masing individu tidak boleh saling membantu. Adapun penghargaan yang diberikan adalah penghargaan tim.
Ide utama pembelajaran tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa agar saling memberi semangat dan saling membantu dalam menyelesaikan soal yang diberikan.. Selama belajar tim, tugas anggota tim adalah menuntaskan bahan ajar yang dipresentasikan dan membantu teman sesama tim menuntaskan bahan ajar.
Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari  bahan ajar dan tidak menutup kemungkinan ada beberapa tim yang memperoleh penghargaan. Meskipun siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis yang merupakan tanggung jawab individual. Metode ini mengaharuskan setiap siswa menguasai materi sehingga dengan kemampuan. dasar yang berbeda setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil. 
Lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individual, dan penghargaan tim.
a)      Presentasi kelas
Langkah awal dari pembelajaran dengan model STAD adalah guru menerangkan materi pelajaran secara garis besar. Siswa harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh agar memahami uraian guru, dan agar dalam diskusi kelompok mampu menyelesaikan masalah yang diberikan, sehingga mampu memperoleh skor baik ketika diadakan kuis/ulangan.
b)      Kerja Tim
Setiap tim terdiri dari 4-5 anggota yang bersifat heterogen dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, budaya, dll. Beberapa karakter komposisi kelompok heterogen, yang ditulis dalam Kartu Didakdik Metodik, antara lain adalah anggota kelompok yang lemah sering menggantungkan pada anggota yang kuat. Untuk mengeliminir kelemahan tersebut, maka setiap akhir siklus diberikan kuis (ulangan) kepada siswa secara individual.
Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa setiap anggota tim memahami masalah yang didiskusikan oleh kelompok tersebut, sehingga saat diadakan kuis, setiap anggota kelompok mampu meraih skor maksimal. Setelah guru menjelaskan materi pokok, tim berdiskusi untuk membahas masalah yang diberikan. Siswa bekerja bersama mendiskusikan masalah yang diberikan, membandingkan masing-masing jawaban, dan mengoreksi kesalahan-kesalahan.
Tim adalah hal terpenting dari model STAD. Dalam setiap langkah, perhatian diberikan kepada kerja tim dalam bekerja sama dan dalam membantu anggota tim yang kemampuannya kurang. Kerja tim ini memberi kesempatan bantuan teman sebaya bagi peningkatan prestasi siswa, kerjasama, komunikasi, dll.
Salah satu cara membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang disarankan oleh Robert E. Slavin (2010: 152) adalah :
Tabel 2.
Pembagian Kelompok Siswa
Kategori Siswa
Rangking
Nama Tim
Siswa dengan prestasi tinggi
1
2
3
4
5
6
7
8
A
B
C
D
E
F
G
H
Siswa dengan prestasi rata-rata
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
H
G
F
E
D
C
B
A
-
-
A
B
C
D
E
F
G
H
Siswa dengan prestasi rendah
27
28
29
30
31
32
33
34
H
G
F
E
D
C
B
A

c)      Kuis
Setelah beberapa kali guru menyampaikan materi dan dilakukan diskusi kelompok, kemudian diadakan kuis secara individual. Setiap anggota tim harus mengerjakan sendiri, tanpa bantuan anggota tim lainnya. Jadi setiap siswa bertanggung jawab untuk memahami materi yang dibahas.
d)     Penghargaan Individu
Setelah diberikan kuis, sesegera mungkin guru menentukan peningkatan nilai individu dan skor kelompok. Gagasan utama yang mendasari bentuk nilai peningkatan ini adalah untuk memberikan dorongan pada siswa agar berupaya mencapai perolehan hasil belajar yang maksimal. Hal ini dapat dicapai jika siswa tersebut bekerja lebih baik dan diharapkan memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada perolehan hasil belajar yang didapat sebelumnya. Adapun aturan pemberian poin peningkatan individu menurut Slavin (2010: 159) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Konversi Skor Perkembangan
Kriteria
Poin peningkatan
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
5 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar
10 poin
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
30 poin

Skor dasar dihitung dari rata-rata nilai yang diperoleh siswa dalam ulangan sebelum diterapkannya pembelajaran dengan STAD. Tujuan dibuatnya skor awal pada point kemajuan adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan point maksimum bagi kelompok mereka, berapa pun tingkat kinerja mereka sebelumnya. Para siswa akan memahami bahwa cukup adil membandingkan tiap siswa dengan tingkat kinerja mereka sendiri sebelumnya, karena semua siswa masuk ke dalam kelas dengan perbedaan tingkat kemampuan dan pengalaman.

e)      Penghargaan tim
Sebuah tim akan memperoleh suatu penghargaan / predikat jika skor rata-rata tim tersebut sesuai dengan kriteria. Skor tim menurut Slavin (2010: 160). dihitung dari rata-rata skor perkembangan anggota tim Predikat yang diberikan kepada tim disajikan dalam tabel berikut :







Tabel 4.
Penghargaan Tim
Kriteria (Rata-rata tim)
Penghargaan
15
20
25
TIM BAIK
TIM SANGAT BAIK
TIM SUPER

Setelah lima atau enam minggu diberlakukannya STAD atau akhir dari suatu periode yang ditetapkan, membagi kelas dalam tim yang baru. Hal ini memberi kesempatan baru kepada siswa yang berada pada kelompok rendah, dan bekerjasama dengan kelompok yang berbeda.
Ni sekilas tulisan yang pernah saya tulis di Skripsi dan tesis saya waktu itu. Semoga bermanfaat
By: Suyitno Hadiningrat